Ruangabjad.id– Baletanda kembali menggelar sekolah menulis batch 11 ahad pagi (25/05/2025).Agenda digelar di basecamp baletanda di jln,Raya Ceplak- Kronjo pasilihan anyar, Kec Kronjo, Kabupaten Tangerang.
Tidak sepert batch-batch sebelumnya, kali ini peserta didominasi oleh pelajar mulai dari kelas 10 sampai kelas 12 dari berbagai sekolah menengah Atas di daerah kronjo.
Kelas dibuka dalam beberapa pertemuan dihari minggu, mulai dari siang hingga sore hari selama 3 bulan. Dengan Mengundang pemateri dari berbagai latar belakang, Baletanda berusaha membuat konsep berbeda dari sebelumnya.
Tetap konsisten Membuka sekolah menulis Gratis
Konsistensi Baletanda dalam menyelenggarakan kelas menulis , dipandang sebagai langkah konstruktif di era saat ini. Dimana jika dilihat Sekarang ketergantungan akan artificial intellegence sangat besar.
Dengan bermodalkan prompt dan juga akses premium tools AI, maka secepat kilat sebuah artikel dapat dibuat. Namun apa sih yang menjadi semangat baletanda dalam tiap menyelenggarakan sekolah menulis ?
Direktur Baletanda, Ahmad Syaikhu,M.Hum menjawab pertanyaan tersebut dengan optimis. Bahwa secanggih apapun artificial intellegence tetaplah basisnya adalah data. Lebih lanjut, Kang Syaikhu menerangkan bahwa Artificial intellegence dalam konteks ini chat gpt. Tidak memiliki soul, sehingga artikel yang di hasilkan tentu tidak dapat menyentuh pembaca.
Menurunnya Minat baca generasi muda
Kang Syaikhu juga menyampaikan keprihatinannya tentang menurunnya minat baca dikalangan pelajar maupun mahasiswa saat ini. dia menyayangkan ruang diskusi yang sekarang terlihat sepi, begitu pula tulisan dan opini dimedia sosial maupun media berita online.
“Minat baca generasi muda dan remaja kita sudah sangat mengkhawatirkan sekali. Itu baru minat baca, apalagi soal menulis. jauh sekali.” ungkapnya.

Kita mungkin sudah mengentaskan diri dari buta huruf, dan sekarang bisa membaca. Namun pertanyaannya apakah nalarnya mampu manyimpulkan hasil bacaannya? Dan kemudian dituangkan kedalam tulisan yang baik dan benar. intinya pemikiran kritisnya kering sekali.” Tandasnya.
baca juga : Mewujudkan Pendidikan Ramah Bebas Perundungan
Pada pertemuan keduanya Materi yang dipelajari adalah tentang “ejaan dan logika menulis.” yang diisi oleh Khoirul atfal.
Narasumber yang juga merupakan bagian dari Ruangabjad.id ini mengaku sangat antusias ketika diberikan tawaran untuk mengisi diskusi tersebut.
“Saya berada disini bukan sebagai mentor, tapi partner temen-temen diskusi dalam pertemuan kedua ini.” ungkap pemuda yang akrab disapa Atfal ini dalam membuka diskusi.
Berbagai macam alasan peserta dalam mengikuti kegiatan sekolah menulis ini, Hasan salah satu peserta mengatakan keinginanya mengikuti sekolah menulis anatara lain untuk belajar teknik menulis yang nantinya akan dijadikan acuan dalam menulis novel.
Hal senada juga disampaikan oleh chumairoh pelajar yang sudah tertarik dengan dunia menulis sejak kelas 8 Sekolah menengah pertama ini mengatakan bahwa ia bisa membebaskan fikiran melalui tulisan. tentunya ia juga berharap karyanya nantinya bisa menginspirasi dan membuatnya dikenal secara luas.
semoga yaa..